Peribahasa

beraja di hati, bersultan di mata, ( beraja di mata, bersultan di hati)
menurutkan kemauan sendiri
berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
beranak tiada -
mendapat kesusahan (kecelakaan dsb) karena salahnya sendiri
berani hilang tak hilang, berani mati tak mati
melakukan pekerjaan hendaklah jangan tanggung-tanggung atau takut-takut
berani malu, takut mati
berani melakukan pekerjaan terlarang, setelah ketahuan baru menyesal
berani menjual, berani membeli ( berani pegang, berani tanggung)
jika berani mengatakan (memerintahkan), hendaknya berani melakukan juga
berani sendok pengedang, air hangat direnanginya
perihal orang berani, tetapi bodoh
berapa berat mata memandang, berat juga bahu memikul
betapapun menderita orang melihat, lebih menderita orang yang mengalami (kesusahan dsb)
berarak ke tebing
melakukan pekerjaan yang mendapatkan kecelakaan atau kerugian
berarak tidak berlari
melakukan sesuatu sebagaimana mestinya
berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
suka duka, baik buruk sama-sama ditanggung
berat sama dipikul, ringan sama dijinjing
bersama-sama dalam suka dan duka
berat sepikul, ringan sejinjing
bersama- sama dalam suka dan duka
berbilang dari esa, mengaji dari alif
jika mengerjakan sesuatu hendaknya dimulai dari permulaan
berbuat jahat jangan sekali, terbawa cemar segala ahli
jangan sekali-kali berbuat jahat karena nama baik keluarga akan terbawa-bawa menjadi buruk
berbukit di balik pendakian
lepas dari kesukaran yang satu mendapat kesukaran lain
bercekak henti, silat terkenang
buah pikiran yang sudah terlambat tidak ada gunanya
bercerai sudah, talak tidak
sudah berpisah, tetapi belum sah diceraikan
bercerai tidak bertalak (kalau bercerai tidak usah menjatuhkan talak)
pertalian suami-istri yang tidak sah
berdiang di abu dingin
tidak mendapat apa-apa (dari saudara, tuan rumah, dsb)